Sejarah Desa

Sejarah Desa

     Kedungcino adalah sebuah desa di kecamatan Jepara, kabupaten Jepara Jawa tengah. Pada zaman dahulu kala ada di suatu tempat terdapat seorang wanita yang sangat cantik tak ada satupun wanita yang dapat menandingi kecantikannya wanita tersebut bernama Raden Ayu Pandansari. Raden Ayu Pandansari adalah seorang pengembara, selama bertahun-tahun Raden Ayu Pandansari mencari kekasihnya yang bernama pangeran Santri dan tiba disuatu tempat yang dianggap aman sebagai tempat peristirahatan atau persinggahan.

Pada suatu hari Raden Ayu Pandan Sari berjalan menyusuri tempat-tempat untuk menemukan kekasihnya yang telah lama dicarinya, tibalah Raden Ayu Pandansari di suatu danau kecil atau kedung yang airnya jernih dan dikelilingi pepohonan yang rindang, tempat itu sering didatangi oleh saudagar-saudagar dari Cina, disanapun Raden Ayu Pandansari tidak menemukan kekasihnya yang telah lama dicarinya itu, dengan kondisi badan yang lapar, haus serta tak menentu Raden Ayu Pandansari menceburkannya diri ke danau atau kedung sambil bermain air, tiba-tiba cincin yang melekat dijarinya terlepas hingga jatuh kedasar danau tersebut sehingga menambah kegelisahan hati Raden Ayu Pandansari itu.

Hari berganti hari Raden Ayu Pandansari selalu datang ketempat danau atau kedung dengan harapan bisa menemukan kekasihnya serta cincinnya yang jatuh kedalam danau atau kedung. Saat itu beberapa saudagar dari Cina, melihat kecantikan Raden Ayu Pandansari, saudagar-saudagar Cina tersebut tertarik dan menggoda Raden Ayu Pandansari, merasa dirinya terusik oleh saudagar-saudagar Cina tersebut, Raden Ayu Pandansari akhirnya membuat sayembara “bagi siapa saja yang bisa menemukan cincinku yang terjatuh ke dalam danau atau kedung tersebut jika wanita, ia akan dijadikan saudagar jika lelaki, ia akan dijadikan suami”. Melihat sayembara yang dibuat oleh Raden Ayu Pandansari saudagar-saudagar Cina berebut mengikuti sayembara, satu persatu bergantian mencoba mencebur kedanau atau kedung dengan harapan bisa menemukan cincin Raden Ayu Pandansari yang jatuh tenggelam di danau atau kedung, pada gilirannya salah satu saudagar Cina tersebut langsung mencebur diri ke dalam danau dengan harapan yang sangat besar bisa menemukan cincin Raden Ayu Pandansari, Namun naas setelah ditunggu beberapa waktu saudagar Cina yang menceburkan diri ke dalam danau atau kedung tak muncul di permukaan, dan jasadnya hilang didalam danau atau kedung, dan setelah kejadian itu tidak ada orang lain lagi yang berani untuk menceburkan diri ke dalam danau tersebut untuk memenuhi sayembara yang dibuat oleh Raden Ayu Pandansari. Setelah tempat lokasi tersebut dihuni banyak orang dinamakan kedung Cino.Kedung artinya danau yang sangat dalam, sedangkan kata Cino didapat karena ada orang cina yang tenggelam di danau tersebut.

Dengan kesaktian Raden Ayu Pandansari, tempat peristirahatan atau persinggahan bisa memunculkan sinar atau cahaya terutama pada malam hari dan kelihatan dari jarak yang cukup jauh sehingga oleh penduduk dan masyarakat tempat peristirahatan dan persinggahan Raden Ayu Pandansari dinamai “tejo” dan sampai saat ini diyakini tempat yang sakral.