
Desa Krejengan Manfaatkan Teknologi Biogas untuk Hemat Gas dan Listrik
Warga Desa Krejengan
memanfaatkan kotoran sapi sebagai energi alternatif. Warga tak mau bergantung
pada elpiji dan listrik bersubsidi dari pemerintah. Selain hemat uang, energi
alternatif ini membuat lingkungan kampung bebas polusi.
Desa Krejengan terletak di Kecamatan Krejengan, Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur. Kotoran sapi itu dijadikan bahan bakar biogas dengan
memanfaatkan kandungan gas metana (CH4). Caranya dengan mencampur kotoran sapi
dengan air dalam sebuah tandon berukuran 3×3×2 meter. Tandon beton ini dipendam
dalam tanah samping kandang sapi.
Gas metana yang keluar dari proses ini, kemudian disalurkan
melalui pipa kecil ke dapur warga. Semakin banyak campuran yang dimasukkan,
maka semakin banyak biogas yang dihasilkan. Gas metana yang dihasilkan tinggi
dengan nilai kalor berkisar antara 4.800-6.700 kkal per meter kubik.
Biogas ini digunakan warga untuk memasak. Alhasil, warga pun tak
perlu membeli gas elpiji bersubsidi 3 kg. Biogas juga dijadikan sebagai sumber
energi listrik seperti lampu dan alat elektronik lainnya.
Dengan sistem komunal, satu tandon mampu dimanfaatkan oleh 5
kepala keluarga. Sehingga mampu menghemat pengeluaran uang warga. Satu Kepala
Keluarga (KK) bisa menghemat pengeluaran hingga Rp 500 ribu per bulan berkat
biogas ini.
Masyarakat Desa Krejengan tekah merasakan manfaat biogas. Selain
menghemat pengeluaran uang, dampak lainnya adalah lingkungan lebih sehat.
Sebab, warga sebelumnya membuang kotoran sapi sembarang sehingga baunya
mencemari lingkungan.
Setelah teknologi biogas hadir ke desa, bau kotoran hewan sudah
hilang. Kotoran sisa-sisa biogas bisa dijadikan kompos.
Tak hanya biogas, warga Desa Krejengan juga memanfaatkan sinar
matahari sebagai energi alternatif. Dengan menggunakan panel surya, panas sinar
matahari diubah menjadi energi listrik. Dijadikan lampu penerangan jalan desa.
Saat
ini, setidaknya ada dua dusun yang memanfaatkan energi alternatif. Rencananya
akan dikembangkan secara menyeluruh pada masa mendatang, guna menghindari
pencemaran lingkungan serta menghemat pengeluaran warga.