
Teknologi Tepat Guna: Pembuatan Sistem Irigasi Tetes dari Botol Plastik
Titik tempat budidaya milik Kampung Katuk RT 04 RW 03
memiliki kendala pada badan air yang digunakan serta keefektifan teknik
penyiraman. Badan air terdekat yang bisa dimanfaatkan untuk mengairi tanaman
katuk yakni sumur serapan yang berjarak 2 m. Secara sederhana sumur resapan
diartikan sebagai sumur gali yang berbentuk lingkaran.
Sumur resapan berfungsi untuk menampung dan meresapkan air
hujan yang jatuh di atas permukaan tanah baik melalui atap bangunan, jalan dan
halaman. Sebelumnya, teknik penyiraman yang warga lakukan yakni mengambil air
dari sumur serapan yang kemudian di distribusikan ke tiap - tiap pot
menggunakan gayung/wadah sejenis.
Hal ini dirasa kurang efektif karena jumlah tanaman yang
banyak tidak memungkinkan teknik penyiraman ini dilakukan oleh tenaga pengelola
yang terbatas. Hal tersebut pula yang menyebabkan kesadaran masyarakat kurang
ada untuk merawat sehingga menyebabkan tanaman tidak setiap hari mendapatkan
air.
Solusi dari Kelompok 49 yakni menerapkan sistem irigasi
tetes menggunakan gelas dan botol bekas dari bank sampah RW 03 Kelurahan
Krembangan Utara. Instalasi irigasi tetes ini berasal dari botol dan gelas
bekas dengan ukuran seragam milik bank sampah RW 03. Botol bekas berfungsi
sebagai wadah penampung air sedangkan gelas bekas berfungsi sebagai pengganti
polybag.
Pembuatan teknologi tepat guna seperti penerapan sistem
irigasi yang memanfaatkan barang bekas dilakukan agar tanaman katuk bisa tumbuh
dengan subur dan memudahkan para warga untuk proses penyiraman yang biasanya
dilakukan setiap hari menjadi seminggu sekali karena dengan adanya penyiraman
sistem irigasi ini.
Kegiatan pembuatan teknologi tepat guna ini merupakan hasil
evaluasi dari program kerja sosialisasi dan budidaya tanaman katuk. Selain
mampu mempermudah proses penyiraman yang dilakukan oleh pengelola, system
tersebut sekaligus memanfaatkan barang bekas yang tidak bernilai guna menjadi
lebih dapat diperhitungkan.
Dengan membagikan pengetahuan, pengalaman serta tindakan,
hal ini menjadi sesi yang baik bagi masyarakat sekitar terutama pengurus untuk
bisa mengembangkan kampungnya.
Di sisi lain dengan adanya transfer ilmu, para pengurus
diharapkan selalu meningkat partisipasi dalam ikut serta akan kepeduliannya
merawat dan mengembangkan potensi terhadap tanaman katuk.
Diketahui bahwa apabila potensi tersebut dapat dikembangkan
dengan baik akan memberikan dampak yang positif pula bagi masyarakat sekitar
yaitu dalam faktor perekonomian mereka.