
Olahan Rumput Laut Desa Wuakerong Lembata Makin Dikenal, Pesanan Mulai Berdatangan dari Luar Pulau
Desa Wuakerong merupakan
salah satu titik budidaya rumput laut di
pesisir Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata.
Lebih dari 50 Kepala Keluarga (KK) di sana menggantungkan
hidupnya dari budidaya rumput laut.
Rumput laut mentah ini dikirim ke pabrik di Makasar atau Kupang untuk diolah lagi.
Akan tetapi sekarang, ibu-ibu di desa
Wuakerong sudah punya kemampuan untuk mengolah rumput laut mentah menjadi
olahan makanan atau panganan.
Kemampuan ini diperoleh berkat dampingan Kopernik, sebuah lembaga
swadaya masyarakat (LSM) yang berbasis di Bali yang memberikan pelatihan kepada
warga Wuakerong untuk mengolah rumput laut menjadi stik rumput laut, kue,
dodol, kerupuk nasi dan kudapan berbahan rumput laut lainnya.
Kepala desa Wuakerong, Petrus Damianus Gigo, mengatakan, sejak
panganan olahan rumput laut itu dipromosikan, pesanan pun mulai berdatangan.
Dua kelompok ibu-ibu yang giat mengolah panganan rumput laut itu
sudah mengirim hasil olahan mereka itu ke Kantor Dewan Kerajinan Nasional
Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT di Kupang.
Paket olahan itu juga sudah dijual di beberapa toko di Kota
Lewoleba.
"Kemarin, ada satu cafe di Oebobo, Kupang juga sudah pesan.
Kami sudah kirim ke Kupang," kata Damianus kepada Tribun Flores, Selasa,
21 Maret 2023.
Pesanan juga datang dari Labuan Bajo, Manggarai Barat yang jadi
lokasi wisata super premium di NTT.
Pemerintah desa melihat peluang usaha ini dan akan
mengembangkannya. Sebab, produksi turunan rumput laut ini dapat meningkatkan
pendapatan ibu-ibu petani rumput laut.
"Daripada kita jual gelondongan, lebih baik kita olah kembali," kata Petrus.
Saat ini mereka telah menjual beberapa varian produk rumput laut ke Kupang,
Labuhan Bajo dan Lewoleba.
Hasil pertanian rumput laut di Desa Wuakerong, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten
Lembata menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Jika sebelumnya hasil petani rumput laut di Desa Wuakerong
mencapai lebih dari 1 ton, kini menurun menjadi 540 kilogram dengan harga jual
Rp 27 ribu per kilogram.
Hal ini dikatakan Ketua Kelompok Tani Rumput Laut Desa Wuakerong,
Hamzah Lukman saat penyerahan bantuan sampan untuk petani pada Selasa, 21 Maret
2022.
Selain peralatan yang tidak mendukung, menurunnya hasil panen
ini juga disebabkan karena cuaca buruk dan dan perubahan iklim yang semakin
ekstrim.
"Hasil kami menurun cukup jauh karena memang selama ini
cuaca buruk dan gelombang tidak stabil," kata Hamzah.
Untuk mengatasi persoalan ini, Pemerintah Desa Wuakerong berupaya menempuh beberapa
langkah.
Satu di antaranya adalah memberikan bantuan 16 unit sampan
kepada dua kelompok tani rumput laut di desa ini. Masing-masing kelompok
mendapat delapan unit sampan jenis fiber.
Hamzah menilai bantuan ini sangat berarti untuk para petani
rumput laut dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil pertanian mereka.
Dengan bantuan sampan ini, daya lepas petani dan perawatan rumput laut lebih
luas ke tengah laut.
"Kami sangat berterimakasih kepada pemerintah karena bisa
memperhatikan kami budidaya rumput laut, supaya daya lepas kita lebih luas.
Sebelumnya, kita belum maksimal karena cara melepas dan merawat rumput laut
kami masih manual," kata Hamzah.
"Dengan adanya bantuan ini kita bisa melepas di kapling
rumput laut di tengah laut," pungkasnya.
Kepala Desa Wuakerong, Petrus Damianus Gigo, mengatakan, bantuan
yang memanfaatkan total dana desa sebesar Rp 80 juta ini diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas petani.
"Saya berharap bantuan ini dapat dimanfaatkan dengan baik
untuk peningkatan produktivitas petani. Sampan ini juga nantinya akan membantu
para petani mengangkut rumput laut dari tengah laut," kata Damianus.
Selain bantuan sampan, Pemdes Wuakerong juga menanam pohon perdu di sepanjang pesisir pantai
Wuakerong. Selain sebagai penyejuk, pohon ini juga dapat melindungi wilayah
pesisir dari abrasi.
Pohon yang ditanam ini di antaranya malapari, ketapang dan asam laut.
Sumber Tribunflores.com