
Melihat Inovasi Pertanian Melalui Bank Tani di Desa Bulusari, Banyuwangi
Sementara itu, Kepala Desa Bulusari Mukhlis
menjelaskan selama ini desanya tidak memiliki pasar sebagai tempat bertransaksi
warga menjual dan membeli hasil bumi. Imbasnya, banyak hasil panen warga tidak
terdistribusikan dengan baik dan seringkali dimanfaatkan tengkulak.
"Pemdes melalui BUMDes akhirnya bergerak
mendirikan Bank Tani. Bank ini akan memberikan pinjaman kepada warga sesuai
yang dibutuhkan. Selain itu, juga siap menampung hasil panen warga sesuai harga
pasar," kata Mukhlis.
Kasi Pemberdayaan dan Kesra Kecamatan Kalipuro, Eko
Mulyanto, yang juga pencetus Bank Tani ini mengatakan, nantinya Bank Tani tidak
hanya sekadar memberikan pinjaman saja tapi juga arahan dan pendampingan
budidaya tanaman pertanian yang baik dan benar bagi petani.
“Jadi misalkan ada petani yang minta bibit jagung,
padahal beberapa bulan ke depan prospek jagung sedang tidak bagus, maka bank
tani akan memberikan alternatif dan pandangan untuk menanam bibit yang lain
misalnya pisang atau lainnya yang prospeknya bagus,” terangnya.
Uniknya lagi, saat pengembalian pinjaman, petani
juga membayarnya dengan produk pertanian.
“Jadi untuk membayar pinjaman tadi, petani juga
membayar dengan produk pertanian jadi bisa diistilahkan barter. Bisa dengan
padi, kelapa atau bahkan sayur mayur. Atau kalau punya ternak ayam, bisa juga
membayar dengan ayam,” terang Eko.
Lalu, dari mana Bank Tani bisa mendapatkan dana
pengadaan produk pinjaman kebutuhan petani hingga pengembangan usaha?
Eko menjelaskan ada sejumlah skema. Salah satunya,
sebagai modal awal Bank Tani mendapatkan dana penyertaan dari BUMDes.
"Bank Tani juga mengembangkan lahan pertanian.
Selain sebagai pemasukan, juga untuk memberdayakan petani yang tidak memiliki
tanah. Saat ini lahan yang siap diolah merupakan tanah kas desa seluas 3,7 hektar,"
jelas Eko.
Sumber : kumparan.com